Jumat, 22 Juli 2011

Di balik Doa SANG JUARA


Suatu ketika ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu. Sebab ini adalah babak inal. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mbil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab memang begitulah peraturannya.
Ada seorang anak  bernama Mark. Mobilnya tidak istimewa, namun ia berhasil masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark la yang paling tidak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.
Yah memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua . Sebab mobil itu benar-benar buatan tangannya sendiri.
Tibalah saatnya inal yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, unuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya.
Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak seperti berkomat-kamit, ternya si kecil Mark sedang berdoa. Dengan mata terpejam dan tangan menaengadah ke atas Farid nampak khusyuk berdoa. "Yaah InsyaAlloh aku siap, Bismillahirrohmanirrohim.."

"Dor"
Bunyi bel, tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan jagoannya masing-masing. Ahhaa... akhirnya putaran terakhir, tali lintasan finish pun terlambai. Dan Faridlah pemenangnya, sang juara. "Alhamdulillahirobbil'alamin" lirihnya pelan.
Saat pembagian piala tiba. Farid menuju depan dengan bangga sekaligus masih tak percaya bahwa ia adalah pemengnya, semburat air mata mengalir dipipinya. Air mata bahagia.
"Hai jagoan, pasti kamu tadi sebelum lomba berdoa pada Tuhan agar kamu bisa menangkan. Tuhan ernyata mengasbulkan doamu!", tanya ketua panitia. "Bukan, Pak bukan itu yang aku minta tadi, aku tadi memang berdoa. Rasanya tidak adil meminta Alloh untuk mengalahkan orang lain. Aku hanya memohon pada Alloh, supaya aku tak menangis jika aku kalah, itu saja." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk tangan memnuhi ruangan.



RENUNGAN
Anak-anak tampaknya lebih punya kebijaksann dibanding kita semua. Fahri tidaklah memohon pada Alloh untuk menang dalam setiawp ujian. Fahri tak memohon Alloh meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Alloh mengabulkan semua harapannya. Ia tak  berdoa untukmenang, dan menyakiti lainnya. Namun, Fahri memohon pada Alloh agar diberi kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberi kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa ikhlas.
Munhkinn telah banyak waktu yang kita lakukan untu berdoa pada Alloh untuk mengabulkan doa kita. Terlalu sering juga kita meminta Alloh untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Alloh untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukanka yang kita butuhkan adalah bimbngan-Nya. tuntunan-Nya, dan Panduan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar